Potensi Budaya Jawa Timur

POTENSI BUDAYA JAWA TIMUR


4. Gresik
 

  • Rebo Wekasan
    Rebo wekasan adalah tasyakuran sebagai wujud rasa syukur pada Tuhan yang telah melimpahkan rahmatNya. Namun dalam perkembangannya sekarang, Rebo wekasan lebih mirip perayaan Idul Fitri atau Idul adha. Ada acara silaturahim antar kerabat atau tetangga, banyak orang jualan makanan, pakaian, hingga mainan anak-anak. Acara mirip pasar malam atau pasar senggol karena banyak muda-mudi yang mejeng di sana. Selain warga Kecamatan Manyar, masyarakat Gresik banyak yang berkunjung ke acara ini.

  • Kolak Ayam Masjid Gumeno
    Setiap tanggal 23 di bulan Ramadhan masyarakat desa Gumeno Kecamatan Manyar di Masjid Jami Gumeno memiliki tradisi memasak kolak ayam, warga menyebutnya “kolek ayam” atau “sanggring”.

  • Malem Selawe
    Pada hari ke-24 malam atau menjelang hari keduapuluhlima bulan Ramadhan, banyak peziarah di masjid Giri selain nyekar ke makam Sunan Giri, mereka iktikaf berdiam diri di masjid dan memperbanyak amalan-amalan doa.

  • Pasar Bandeng
    Biasanya diadakan dua hari menjelang malam takbiran Idul Fitri. Untuk menyambut lebaran idul fitri, di pasar kota Gresik dijual ikan bandeng segar yang baru dientas (diambil) dari tambak. Dari bandeng ukuran sedang hingga bandeng besar atau kawak.

  • Haul Ulama-Ulama Besar
    Di Gresik banyak sekali acara peringatan hari meninggalnya ulama-ulama besar. Atau lebih dikenal dengan haul, dan lidah orang Gresik banyak yang menyebut dengan “khol”.

  • Damar Kurung
    Damar kurung, lampion(kap lampu tradisional) dari kertas dengan kerangka bambu yang di sisi-sisinya dipenuhi dengan lukisan, adalah karya seni tradisional asli dari kota Gresik. Karya seni lukis lampion dengan design unik, berkarakter polos kekanak-kanakan, berhias warna terang kuning, merah, hijau, dan merah jambu tersebut seakan-akan tidak bisa lepas dari nama besar maestronya; Mbah Masmundari. Mbah Masmundari dan Damar kurung merupakan aset Gresik, bahkan setelah beliau meninggal.
Shared:

Potensi Budaya Jawa Timur