Potensi Budaya Jawa Timur

POTENSI BUDAYA JAWA TIMUR


12. Magetan
 

  • Ledhuk
    Ledhuk kegiatan yang turun temurun dilaksanakan yang memiliki makna Lesung Suro, Bedhug Muharram. prosesi ini hampir sama seperti yang dilakukan beberapa kota lain di Jawa dalam menyambut datangnya hari raya umat islam 1 Muharram dan tahun baru Saka 1 Syuro. Lesung suro dan Bedhuk ini memiliki makna sebagai pelestari budaya serta kekeluargaan di masyarakat Magetan pada khususnya, serta semua umat pada umumnya. Ledhuk diawali dengan prosesi Andum Berkah Bolu Rahayu, roti bolu sebagai penghias model lesung, bedhug, dan Gong di arak menuju alun-alun kota Magetan bersamaan dengan Uborampe seperti jangkring, ampyang, enting-enting, lempeng, emping, walangan dan sebagainya. Adapula penyebab digunakannya bolu rahayu sebagai makanan yang digunakan dalam prosesi andum berkah, karena bolu rahayu adalah makanan khas Magetan yang sudah digunakan oleh nenek moyang sejak dahulu kala, sebagai makanan sehari-hari, menjamu tamu, ataupun kematian, sehingga digunakanlah bolu rahayu sebagai prosesi andum berkah, karena sejarahnya tadi. Dalam prosesi ini juga diadakan arak-arakan yang di ikuti oleh para tokoh masyarakat, tokoh agama, sampai tokoh pemerintahan dengan memakai pakain adat jawa Timur serta didampingi oleh Bagus dan Dyah (lebih mirip abang none untuk Jakarta) yang mempunyai tugas membawa bolu rahayu dan rangkaian bunga selamat datang. Masyarakat Kabupaten Magetan mempercayai bahwa apabila bisa memakan bolu rahayu yang sudah diberikan doa-doa tersebut bisa digunakan sebagai obat, pelaris, dll kepercayaan ini sudah turun temurun di laksanakan oleh mereka, makanya pada saat andum berkah bolu rahayu atau pemberian bolu tersebut, masyarakat dengan antusias tua dan muda laki-laki dan perempuan rela berdesak-desakan untuk mendapatkan bolu rahayu. Inilah acara tahunan yang pastinya akan ramai dukunjingi, jadi tidak ada salahnya anda juga menyempatkan diri untuk hadir pada momen ini. Semoga bermanfaat, dan salam

  • Labuh Sesaji
    Labuh sesaji atau bersih desa biasanya diadakan pada bulan Muharram atau yang sering dibahas orang dengan nama assuro. Kegiatan rutin tahunan ini bertujuan untuk mampu menyedot jumlah wisatawan lokal, baik dari eks-Karesidenan Madiun, maupun dari wilayah Jawa Tengah. Karena berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, setiap labuh sesaji pasti ramai. Bahkan, cenderung membeludak pengunjungnya.

    Labuh sesaji adalah sebuah ritual yang dilakukan sebagai tanda syukur kepada tuhan yang maha esa atas rejeki dan segala anugrahNya. Dengan menggunakan pakaian adat kejawen, maka disiapkanlah sesaji, mulai dari makanan khas, hasil bumi, dan makanan khusus seperti panggang, tumpeng, apem, putu, dan lain sebagainya. Labuh sesaji ini dimulai dengan pengumpulan semua sesaji, lalu diarak oleh warga sekitar menuju Telaga Sarangan. Berputar mengelilingi telaga, lalu setelah penuh satu putaran barulah sesaji ini di labuhkan ke telaga. Sesuatu tradisi leluhur yang sangat menarik untuk dilihat dan diabadikan tentunya.
Shared:

Potensi Budaya Jawa Timur