LK Soroti Tradisi dan Hukum Adat dalam Persepektif Muhammadiyah
17/06/2016 06:24
Siaran TV dan Radio merupakan program kerja Lembaga Kebudayaan (LK) di tahun 2018. Program ini merupakan bentuk kerjasama LK dengan stasiun TV dan radio yang ada di Malang. Pada program ini LK bekerjasama dengan Agropolitan Televisi (ATV) dan siaran televisi diadakan 2 kali dalam 1 bulan. Sedangkan untuk radio LK bekerjasama dengan radio Kosmonita FM dan siaran radio diadakan 1 kali dalam 1 bulan. Materi yang disampaikan dalam siaran tersebut tentu berkaitan dengan budaya dan pemateri yang dipilih oleh LK merupakan tim LK dan dosen UMM yang memang berkompeten dibidang kebudayaan.
Selama masa kerjasama berlangsung sudah ada beberapa Bapak/Ibu Tim yang mengisi siaran tersebut. Untuk siaran televisi pertama kali disampaikan oleh Bapak Muhammad Hayat, M.A (Dosen Sosiologi UMM) yang menyampaikan tentang “Perempuan dalam Industri Cantik : Antara Hakikat & Etalase (Perspektif Budaya)”. Siaran kedua disampaikan oleh Ibu Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si (Kepala LK) dengan Ibu Belinda Dewi Regina, M.Pd (Dosen PGSD UMM) dengan Tema “Menguatkan Karakter dan Kreativitas Anak Melalui Aktivitas Membatik”. Selain kedua tema tersebut, pemateri juga memaparkan tentang “Pembelajaran Bahasa dan Budaya pada Mahasiswa Asing” yang disampaikan oleh Ibu Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si (Kepala LK), Ibu Fida Pangesti, M.A (Tim LK) dan Hani (Mahasiswa BIPA UMM asal Vietnam). Pada siaran terakhir disampaikan oleh Ibu Erna Retna Rahadjeng, M.M (Dosen Manajemen UMM) dengan tema “Perubahan Pola Transaksional pada Masyarakat Digital. Di era teknologi seperti saat ini terdapat perubahan sikap dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan transaksi/ berbelanja. Jika pada masa dulu, yang dikenal sebagai masyarakat tradisional, masyarakat cenderung berbelanja di pasar, toko atau mall dengan cara mendatangi lapak, maka saat ini cukup dilakukan dalam genggaman smartphone. Mayarakat memesan barang atau kebutuhan melalui daring atau online. Perubahan perilaku ini tentu turut mengubah pula budaya masyarakat bertransaksi. Untuk itu, narasumber, ibu Retno Rahajeng memberikan tips bagaimana berbelanja yang aman melalui sosial media.
Tidak hanya di televisi, LK juga melakukan siaran di Radio Kosmonita. Pemateri yang mengisi siaran tersebut merupakan dosen muda UMM. Pada siaran pertama disampaikan oleh Ibu Rahmawati Khadijah Maro, M.PEd (Dosen Bahasa Inggris UMM) dengan tema “Membangun Budaya Critical Thinking bagi Perempuan dan Masyarakat”. Materi yang dikuatkan dalam siaran di radio Kosmonita tersebut adalah bagaimana perempuan memiliki sikap kritis di era teknologi informasi. Hal ini dikarenakan perempuan juga dapat mengakses berbagai informasi yang ditemukan di media sosial. Seorang perempuan ibu rumah tangga pun dapat memanfaatkan berbagai informasi untuk mengembangkan wawasan yang bermanfaat bagi diri dan anggota keluarga. Sangat menarik paparan beliau saat berinteraksi dengan penyiar membahas tema yang disampaikan.
Selanjutnya materi tentang “Wanita dan Budaya Literasi di Era Milenial” disampaikan oleh Ibu Diah Risqiwati, S.T., M.T. Wanita dan budaya literasi ini sebuah pembahasan yang cukup menarik. Hal ini sesuai dengan fernomena saat ini, dimana setiap individu dituntut “melek huruf”. Pengertian melek huruf di sini bukan hanya sebatas pada membaca atau berhitung semata, namun lebih pada pemanfaatan informasi yang didapat untuk berbagai fungsi untuk pengembangan diri wanita di era milenial. Untuk itu, bagaimana menumbuhkan budaya berliterasi perempuan di era mileneal. Sebagai budaya berarti, aktivitas berliterasi merupakan bagian penting dalam kehidupan perempuan. Ia tidak mudah percaya berbagai informasi yang diperoleh tanpa memastikan kebenarannya, memanfaatkan teknologi untuk suatu hal yang bermanfaat, serta membudayakan literasi itu sendiri dalam keluarga.
Di akhir Desember 2019, Ibu Arina Restian, M.Pd sebagai narasumber di radio Kosmonita memaparkan tentang “Gaya Berpakaian Wanita Berkarier Masa Kini dalam Perspektif Budaya”. Berangkat dari ungkapan Jawa “ajining raga saka busana’, yang maknanya bahwa berdasarkan status seseorang itu dapat digambarkan dari busana (pakaian) yang dikenakannya. Dalam arti luas, bahwa pakaian tidak dalam pandangan harganya, tetapi bagaimana seseorang berpenampilan yang bersih, menarik dengan padu padan yang serasi. Hal ini menjadikan seorang perempuan akan semakin menarik dan enak dipandang karena keserasian, meski tidak harus glamour. Budaya berpakaian perempuan berhijab saat juga menunjukkan trend yang berkembang pesat. Berbagai model hijab berganti mode dengan cepat. Para remaja maupun perempuan karier berhijab pun turut menyesuaikan penampilannya. Kadang mereka justru tereksploitasi oleh iklan yang juga tak kalah dinamisnya. Untuk itu, dalam tema beliau menjawab berbagai fenomena tersebut. (bri/riy)