LK Soroti Tradisi dan Hukum Adat dalam Persepektif Muhammadiyah
17/06/2016 06:24
Lembaga Kebudayaan dipercaya oleh pihak Universitas Muhammadiyah Malang dalam mengenalkan Budaya kepada para diplomat. Terdapat 12 diplomat asing dari 12 negara yang akan belajar budaya Indonesia di LK. Mereka berasal dari Afrika Selatan, Fiji, Iran, Jepang, Kamboja, Kazakhstan, Kolumbia, Laos, Papua Nugini, Spanyol, Sri Lanka, dan Zimbabwe.
Setelah melalui serangkaian seleksi ketat yang dilakukan oleh Badan Diklat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), UMM dipercaya untuk melatih diplomat asing. Kali ini LK bekerjasama dengan lembaga Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) untuk mengajarkan tentang kebudayaan, diantaranya membatik, tari, karawitan dan pariwisata. Pada kesempatan ini LK mendapat kepercayaan dalam hal melatih tari dan membatik serta ruang karawitan LK yang digunakan untuk latihan karawitan.
Kegiatan ini berlangsung selama satu bulan, mulai tanggal 2 Agustus hingga 31 Agustus 2017. Mereka mengawali kegiatannya di UMM dengan berlatih tari tradisional. Tarian yang diajarkan adalah tari tari Bapang dan dilatih oleh salah satu dosen PGSD Arina Restian, M.Pd yang ditemani oleh asistennya Suko Prasetyo, S.Pd. Para diplomat sangat antusias mengikuti latihan tari yang bertempat di ruang Lab Drama, GKB I lantai 6. Kegiatan ini dilaksanakan pada sore hari, para diplomat menggunakan sampur dan mulai menggerakkan tangan serta kaki mengikuti arahan pelatih tari. Hitungan demi hitungan mereka mencoba menggerakkan tangan, badan dan kaki dengan melenggak lenggok sesuai alunan musik tradisional Jawa.
Selain tari, membatik merupakan salah satu kegiatan yang dijadwalkan untuk para diplomat. Mulai dari mengenal batik hingga proses pembuatan batik. Kali ini Lembaga Kebudayaan menggandeng Lisa Sidyawati, S.Pd., M.Pd, salah satu dosen Seni dan Desain dari Universitas Negeri Malang untuk mengajarkan pembuatan batik. Pengenalan itu mulai dari bahan-bahan untuk membatik, seperti canting, wajan, kompor, malam atau lilin, sampai bahan pewarnaan. Setelah pengenalan alat dan bahan membatik, mereka diajarkan untuk proses pembuatan batik. Mulai dari proses mencanting, pewarnaan, pemberian waterglass hingga proses pelorotan.
Terdapat empat kali pertemuan untuk masing-masing materi yang diajarkan. Setelah mereka memahami proses pembuatan baik hingga pewarnaan dan pelorotan. Kini saatnya mereka uji kompetensi dengan membuat motif batik sesuai dengan ciri khas masing-masing Negara. Antusias para diplomat saat membatik lebih besar, ketika mereka diminta untuk membuat motif batik dari masing-masing Negara. Kain batik yang digunakan sengaja dibentuk seperti scraf agar bisa digunakan ketika mereka sudah kembali ke Negara asal. Beberapa dari mereka berhasil memadukan warna sehingga hasil batik menjadi sangat estetik. Pelatihan membatik dilaksanakan pada wak tu siang hari di gazebo samping perpustakaan UMM.
Selain tari dan membatik, LK menggandeng sang dalang dari UMM, Dr. Joko Susilo, M.Si salah satu dosen FISIP yang juga berprofesi sebagai dalang. Kali ini para diplomat diajarkan untuk menabuh gamelan, alat musik tradisional Jawa. Para diplomat masing-masing memegang alat gamelan, salah satunya diplomat dari Jepang yang memegang bonang barung. Pembelajaran semakin seru ketika masing-masing alat mengeluarkan nada yang berbeda-beda. Pembelajaran karawitan berlangsung selama 2 jam.
Pada acara closing ceremony beberapa diplomat menampilkan tarian Bapang yang telah dipelajari selama satu bulan. Terdapat 6 penari dari para diplomat dan ditemani salah satu asisten tari, Suko Prasetyo, S.Pd untuk menampilkan tarian Bapang pada acara tersebut. Dengan balutan kostum tari Bapang berwarna kuning dan merah, mereka melenggak lenggok menarikan tarian Bapang sebisa mereka. Meskipun tarian tidak sesempurna penari Bapang asli, tetapi Indonesia bangga bahwa tari Bapang dikenalkan kepada para diplomat dari 12 negara.