2. Seminar Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Seminar ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 30 April 2011 di ruang sidang rektor UMM. Bapak Pembantu Rektor II tampak hadir dan antusias dalam memberikan sambutan di awal acara. Peserta seminar terdiri dari mahasiswa, guru, dosen dan praktisi pendidikan. Pembiacara dalam seminar ini adalah Prof. Dr. H. Arief Rahman, M.Pd, Prof. Dr. Syafiq Mughni, M.Sc (Guru Besar di Bidang Peradaban), Prof. Dr. Tobroni, M.Si (Guru Besar di Bidang Filsafat Ilmu Pendidikan). Bapak Joko Susilo S.Sos, M.Si tampil sebagai moderator.
3. Penyerahan Desain Batik
Penandatanganan desain batik sebagai seragam dosen dan karyawan UMM oleh mahasiswa pemenang lomba desain batik yang didampingi oleh ketua Lembaga Kebudayaan Dr. Sugiarti, M.Si bersama Bapak PR II UMM, Prof. Dr. Ir. Sujono, M.Kes
4. Gelar Seni Budaya Bangsa; Pagelaran Ludruk Nusantara Baru Malang
Seni Ludruk merupakan kesenian asli Jawa Timur yang keberadaannya semakin memprihatinkan. Faktor penyebab atas kondisi kemerosotan terhadap kesenian ludruk ini sangatlah kompleks, yaitu dikarenakan kemajuan media informasi dan hiburan yang demikian pesat, dapat membuat masyarakat memiliki lebih banyak alternatif media yang dianggap lebih memenuhi kebutuhan mereka akan informasi dan hiburan. Masuknya aliran listrik ke pelosok-pelosok desa, dan diiringi meluasnya media elektronik seperti televisi, radio, tape, film, bahkan parabola, telah mengubah sikap masyarakat terhadap teater ludruk.
Berdasarkan kondisi di atas Lembaga Kebudayaan Universitas Muhammadiyah Malang berusaha membangkitkan kembali apresiasi masyarakat terhadap kesenian tradisional yaitu seni ludruk sebagai salah satu kesenian khas Jawa Timur, dengan menyelenggarakan “Pagelaran Ludruk Nusantara Baru Malang” pada Sabtu, 10 September 2011, mulai dari siang pukul 15.00 – 17.00 WIB dan malam, 19.30- 23.00 WIB yang bertempat di halaman UMM Dome, Jl. Raya Tlogomas 246 Malang.
5. Lomba Egrang Estafet Mahasiswa PTN/PTS Se-Malang Raya
Permainan tradisional yang menjadi kekayaan budaya bangsa keberadaannya semakin ditinggalkan. Pada kenyataannya permainan tradisional tidak menempatkan ui ndividu dalam relasi pasif akan tetapi lebih mengarah pada relasi aktif, kreatif dan inovatif. Secara keseluruhan berbagai bentuk permainan tradisional akan mampu membentuk ranah afeksi dan psikomorik secara nyata.
Permainan tradisional misalnya egrang, sekarang ini jarang sekali ditemukan. Mungkin malah sudah hilang. Atau barangkali, permainan egrang tidak lagi relevan di zaman sekarang. Perkembangan teknologi di satu sisi memiliki nilai positif akan tetapi di sisi lain terjadi pelemahan akan keberadaan nilai-nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat. Dengan teknologi orang berdiri di eskalator mall: bisa berjalan sendiri. Akan tetapi ketika orang bermain egrang maka ia perlu melewati proses belajar dulu, karena membutuhkan keseimbangan. Apabila keseimbangan tidak terpenuhi orang bisa jatuh dari egrang. Permainan ini bisa digunakan oleh siapa saja anak-anak, generasi muda dan orang dewasapun dapat menggunakannya.
Permainan egrang dalam bentuk lomba-lomba sekiranya perlu terus dilakukan. Hal ini penting karena permainan ini selain memberikan gerak olah badan, keseimbangan tetapi juga untuk pembentukan karakter individu menjadi lebih baik. Relasi sosial yang dibangun melalui permainan egrang merupakan capital social yang sangat tinggi nilainya. Permainan ini memberikan inspirasi dan sekaligus referensi kultural pada generasi muda sekarang ini yang terbiasa dengan permainan yang serba teknologis.
Berdasarkan pada pemikiran di atas serta dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1433 Lembaga Kebudayaan UMM bersama Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP-UMM menyelanggarakan Lomba Egrang Estafet Mahasiswa PTN PTS Se-Malang Raya, dengan tema “Membudayakan Olah Raga Melalui Permainan Tradisional untuk Pembentukan Karakter Generasi Muda. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 November 2011, Pukul 08.00- Selesai, dan bertempat di UMM DOME.
6. Seminar Nasional Transformasi Budaya Bangsa Melalui Revitalisasi Bahasa Indonesia yang Bermartabat
Pada era perkembangan teknologi komunikasi mutakhir dewasa ini telah dimungkinkan masyarakat dunia hidup dalam apa yang disebut dengan era komunikasi global. Proses komunikasi yang dipercepat dan penyebaran informasi bagaikan kilat, yang menjadi ciri masyarakat baru, menyebabkan keberadaan teknologi komunikasi dan informasi menjadi mutlak. Bahasa pada era mutakhir telah mengalami pendobrakan pada dimensi ruang dan waktu tidak hanya bersifat interpersonal, melainkan juga mondial. Meskipun demikian, bahasa memerlukan keterbukaan, artinya diupayakan untuk menghindari bahasa yang "kering makna" slogan-slogan kosong dan sebagainya.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara keberadaanya kurang menggembirakan. Pelanggaran kaidah sering terjadi. Kesalahan-kesalahan kebahasaan melanda semua lapisan masyarakat pemakai bahasa. Oleh karena itu pencemar-pencemar bahasa Indonesia bermunculan dimana-mana. Dalam seminar politik bahasa nasional dengan tegas mengatakan bahwa ‘Bahasa Indonesia dewasa ini , jika dilihat dari segi bentuknya, penggunaannya dan penelitiannya masih jauh dari memuaskan (PPBI: 1977:4). Kondisi tersebut ditunjukkan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang kurang cermat dan bahkan rendah. Hal ini disebabkan bahwa mereka mengganggap BI sebagai bahasa sendiri, pengguna BI kurang bangga, kurang setia sehingga melahirkan tuna harga diri (Anton M.Moeliono, 1985). Kurang memahami kaidah dikatakan tuna kaidah. Sebagai tuna harga diri akan timbul tuna bahasa Negara.Tuna bahasa negara mendorong pemakai BI berbicara seenaknya dalam situasi formal/resmi.
Realita tersebut tidak dapat dibiarkan, akan tetapi perlu dicarikan solusi untuk mengatasinya. Seminar nasional ini dimaksudkan untuk melakukan refleksi bersama bahwa sudahkan kita sebagai kaum cendekia telah mampu melahirkan bahasa yang baik yang dapat dibuktikan dengan penggunaan bahasa secara konsisten serta taat kaidah. Demikian pula dalam pengembangan kesusasteraan Indonesia bahasa memiliki peranan yang cukup penting sebagai media kreasi untuk mengungkapkan ide dalam bentuk karya. Dalam sastrapun bahasa yang digunakan harus menggunakan kaidah-kaidah yang tetap memperhatikan unsur estetika di dalamnya. Dengan menyatunya bahasa dan sastra akan menunjukkan kekayaan budaya bangsa sebagai jati diri bangsa yang bermartabat.
Oleh karena berbagai hal yang telah disebutkan, Lembaga Kebudayaan Universitas Muhammadiyah Malang mengadakan Seminar Nasional dengan tema”Transformasi Budaya Bangsa Melalui Revitalisasi Bahasa Indonesia yang Bermartabat”. Seminar ini diselenggarakan pada Rabu, 30 November 2011, pukul 08.00-selesai yang bertempat di Ruang Sidang Pertemuan Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. RayaTlogomas No. 246 Malang.
7. Sarasehan Budaya Permainan Tradisional
Salah satu aset kekayaan budaya Indonesia yang mengajarkan nilai-nilai berbasis karakter kepribadian adalah permainan tradisional. Hampir seluruh permainan tradisional mengajarkan nilai-nilai luhur bangsa serta pembentukan karakter anak. Dalam permainan tradisional ini, kita dapat menemukan nilai kerjasama, kerukunan, kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, rasa empatik dan lain sebagainya yang merupakan ciri-ciri pendidikan berkarakter. Nilai-nilai ini nantinya akan membentuk kepribadian anak sejak dini. Mereka akan mulai mengetahui bagaimana cara bermain dan berkompetisi dengan jujur dan sportivitas.
Akan tetapi faktanya, saat ini permainan tradisional semakin hilang terkikis bagai ombak ditelan bumi. Bahkan hampir tidak pernah kita temukan permainan ini dilakukan oleh masyarakat, terutama masyarakat kota. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai atau manfaat yang terkandung di dalamnya. Selain itu kesadaran masyarakat bangsa ini dalam pelestarian budaya masih belum maksimal.
Oleh karena hal yang sedemikian, Lembaga Kebudayaan Universitas Muhammadiyah Malang menyelenggarakan sarasehan budaya permainan tradisional dengan tema “Pelestarian Permainan Tradisional sebagai Kekayaan Budaya Bangsa dalam Rangka Pembentukan Karakter Generasi Muda”. Sarasehan ini diselenggarakan pada hari Sabtu, tanggal 31 Desember 2011. Di Aula lantai 2 Masjid AR. Fachrudin UMM sebagai momen refleksi akhir tahun.